Selasa, 03 Desember 2019

Yang Terlihat Buruk Belum Tentu Buruk


Dinda, siswi kelas tiga SMA itu kembali dengan polahnya yang bandel. Di sekolah, ia terkenal menjadi siswi yang nakal, sering membolos dan lebih banyak bermain dengan laki-laki. Tapi, wajahnya yang cantik, rambutnya yang panjang lurus, dan postur tubuhnya yang tinggi dan lengsing itu tidak membuat teman-teman yang lain benci melihatnya. Hanya sifatnya saja yang meman asal bicara dan semaunya sendiri.Dinda sangat berbeda dengan Anisa, seorang siswi yang pendiam dan sangat jarang bergaul dengan teman-teman seperti Dinda. Anisa merupakan seorang siswi yang tertutup, ia tidak pernah menceritakan masalah pribadinya kepada teman-teman. Ia selalu diam di kelas dan hanya bermain dengan teman yang dekat dengan dirinya saja. Sehingga teman-teman menjulukinya sebagai si pendiam.

Dinda dan Anisa juga tinggal di komplek perumahan yang sama. Tidak hanya oleh teman di sekolah, oleh para tetangga pun Dinda dan Anisa dicap sebagai langit dan bumi. Dinda yang dikenal sering keluar rumah dan Anisa yang selalu betah di rumah. Dinda yang sering membawa teman-teman laki-laki ke rumah dan Anisa yang tidak pernah sama sekali. Kedua orang tuanya pun sama. Orang tua Dinda tidak pernah melarang Dinda bergaul dengan siapapun, kenakalannya juga masih dalam batas kewajaran. Sedangkan orang tua Anisa lebih ketat, Anisa memang harus selalu di rumah dan dilarang bergaul dengan teman yang kelihatannya kurang baik.

Setelah lulus SMA, Dinda dan Anisa akan berkuliah di luar kota. Keduanya diterima di kampus yang sama namun berbeda jurusan. Mereka berdua juga tinggal di kos yang berbeda. Dinda lebih suka dengan kos yang tanpa pemiliknya, sementara Anisa dipilihkan oleh orang tuanya sebuah kamar kos yang ketat juga dan diberi jam malam.Semakin lama di luar kota, teman-teman Dinda dan Anisa semakin banyak. Jadwal kegiatan pun juga semakin banyak. Tugas kuliah harus juga dikerjakan berkelompok, terkadang anak-anak muda juga lebih banyak menghabiskan waktunya sembari mengerjakan tugas di malam hari. Dinda tentu sudah biasa dengan keadaan seperti ini, tapi Anisa, ia kaget dan bingung dengan kebiasaan yang semacam ini.

Dinda sudah biasa memiliki banyak teman laki-laki dan biasa juga bermain jauh. Ia sudah biasa melihat lingkungan dan bisa menjaga dirinya. Sementara Anisa, ia merasa mulai nyaman dengan keadaan baru ini. Ia merasa hidupnya lebih bebas, tidak ada yang mengekangnya. Orang tua Dinda bahkan tidak sering menanyakan kabar anaknya karena memang mereka sudah mengerti jika Dinda bisa menjaga dirinya, sementara orang tua Anisa lebih sering menelfon dan khawatir dengan anaknya. Perlakuan tersebut malah semakin menjadikan Anisa risih dan akhirnya membohongi orang tuanya. Padahal ia sudah mulai nyaman dengan teman-teman dan pergaulannya di luar kota.Anisa menjadi sering main di malam hari, sampai-sampai ia tidak bisa mengontrol dirinya. Ia belum pernah merasakan suasana seperti ini, bebas dan jauh dari orang tua.

Anisa pun kerap bertemu dengan teman laki-laki dan berpacaran. Kehidupannya berbanding terbalik dengan jaman SMA nya. Anisa juga semakin kerap pulang pagi. Ia mulai menginap di kos sang pacar.Beberapa bulan kemudian, Dinda mendengar berita bahwa Anisa dipulangkan ke rumahnya. Mereka memang jarang bersama di kampus. Anisa yang terlalu pendiam membuat Dinda sungkan untuk mengajaknya bermain. Anisa pulang kerumah karena hamil. Dinda pun kaget dengan kabar itu, ia menjelaskan kepada orang tuanya. Selama di perantauan, Anisa memang menjadi kerap bermain, mungkin karena dahulu sering sekali dikekang oleh orang tuanya. Maka dari itu, saat jauh dari orang tuanya, Anisa malah seperti membalaskan dendamnya dan ingin selalu membebaskan dirinya. Tapi sayang, ia tidak bisa membatasi kebebasan dirinya sendiri dan malah terperosok kepada hal yang tidak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar