Selasa, 03 Desember 2019

Aku memang salah satu orang yang suka kebawa perasaan


Keterlambatan pesawat membuatku bosan dan jenuh. Untung saja ada satu novel yang sengaja aku bawa untuk meredam rasa jenuh. Ku buka dan ku baca lembar demi lembar dan aku terhanyut ke dalam ceritanya. Aku memang salah satu orang yang suka kebawa perasaan. Sambil membaca novel pun aku bisa tertawa terbahak atau menangis hingga sesenggukan. Novel kali ini yang aku baca bertemakan penderitaan. Aku tak sadar air mataku sedari tadi sudah berlinangan.

Seseorang perempuan baru saja duduk di sebelahku. Ia melemparkan senyumnya dengan muka sedikit bingung. Aku membalas senyum itu dan kembali kepada cerita di novelku. Ia mengeluarkan telfon genggamnya dan asyik bermain instragram. Tak lama ia juga memperhatikanku dan tiba-tiba menjulurkan sebuah tisu sekaligus mengenalkan dirinya.Hai, hmm terimakasih”“Oh ya, aku Tasya, nama kamu siapa?”Namaku Rendi..”“Rendi.. oh. Lagi mendalami banget ceritanya ya sampai sesenggukan gitu”“Oh..oh..oh maaf aku nggak sadar lho. Iya ni ceritanya lumayan sedih”Wah gimana kalau gak lumayan, alias sedih banget, nangisnya bakal lebih-lebih dong hahaha.

Wah bisa aja, btw makasih bgt ya tisunya. Kamu mau kemana?” Aku bertanya pada Tasya.“Aku mau ke Bali, udh lama gak pulang kampung, bosan juga di Jakarta. kamu kemana?”“Oh aku ke Surabaya, delay juga?”“Yapzz..”“Menyebalkan kan kalau delay gini” kataku dengan sedikit ekspresi kesal“Tidak jugaaa..” Kata Tasya dengan wajah yang tidak terlihat kesal, dan meneruskan bicaranya,“Dalam delaynya pesawat, justru membuatku semakin banyak mengenal orang baru, kamu contohnya”“Wah, menarik juga” segera ku tutup novel dan mulai memperhatikan Tasya bercerita sambil mengajakku berjalan-jalan di sekitar bandara.

Aku dan Tasya saling bercerita tentang kegemaran masing-masing. Aku yang gemar membaca novel dan Tasya yang gemar traveling. Terkadang ia memberiku untuk tidak melulu terhanyut dalam bacaan fiksi, ia mengajakku pergi traveling jika nanti ada waktu. Begitupun Tasya, sedikit-sedikit ia pun ingin membaca novel karena juga banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah-kisah tokoh di dalamnya. Tasya orangnya sangat periang dan mudah akrab dengan orang lain. Aku pun tak sadar ikut terbawa olehnya. Kejailan Tasya juga membuatku semakin gemas dengannya hingga kita saling berlarian di bandara, tertawa terpingkal-pingkal, lelah dan berhenti duduk. Menatap suasana kota jakarta dengan senja merona jingga.

Padahal kita baru pertama kali mengenal, tapi rasanya seperti sudah lama bersahabat dengamu, Tasya”“Begitulah aku mewarnai hidupku Ren”“Terimakasih Tasya, kamu udah ngajarin aku banyak hal. Rasanya berinteraksi dengan orang yang nyata dan di dunia yang nyata lebih menyenangkan”“Makannya Ren, jangan melulu mengkhayal lewat novel haha”“Kamu juga Tasya, instragraman mulu”“Yeeeeee, kamu ngintip aku berarti Renn...ih nakal banget sih”“Buka aja instagram kamu sekarang” seketika Tasya mengeluarkan telfon genggamnya.“Wahh kamu follow aku Ren, ywdah deehhh aku follback yaa”“Iya Tasya, makasih banyak.

Suara pengumuman keberangkatan pesawatku terdengar dari pengeras suara bandara. Akhirnya ceritaku bersama Tasya harus berakhir disini. Aku berharap agar selalu bisa bertemu lagi dengan banyak orang. Aku berjanji suatu saat akan menemui Tasya, kita akan bertamasya bersama, juga denga orang-orang baru yang akan aku kenal lagi. Dengan raut wajah sedih aku memandang Tasya dari kejauhan. Ia masih berdiri di ruang batas mengantar. Aku berulang kali melambaikan tangan tanda selamat tinggal pada Tasya. Rasa haru semakin membuncah. Aku tak ingin menatapnya lagi. Tapi apalah daya, aku ingin menengoknya sekali lagi dan yah, Tasya sudah tak berada di sana. Kuusap air mataku dan berusaha menjadi seperti biasanya. Memang, perpisahan adalah sesuatu yang sangat menyebalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar