Selasa, 03 Desember 2019

kisahku menjadi ukhti


Dalam bahasa Arab, ukhti artinya saudara perempuan. Dalam bahasa Indonesia, ukhti artinya perempuan dengan jilbab lebar dan atau bercadar. Penyempitan arti kata ini membuat saya bertanya tanya, lalu apa sebutan bagi saudara saudara perempuan kita yang pake jilbab paris sepuluh ribuan, jilbab poni, dan yang tidak berjilbab? Apa lantas mereka menjadi bukan saudara perempuan kita? 
Dulu saya termasuk pemakai jilbab lebar. Jikalau si ujung jilbab belum menyentuh pantat rasanya sungguh tidak nyaman. Perasaan saya saat memakai jilbab nan lebar itu, saya merasa terlindungi dari gigitan nyamuk eh enggak deng, saya merasa terlindungi sebagai seorang perempuan muda yang rawan godaan laki-laki mata keranjang.

Jika mbak mbak yang pake rok mini di siulin “suit suit prikitiw”, mbak mbak jilbab paris pake celana jeans di ucapin salam “Assalamualaikum Aisyah”, mbak mbak jilbab lebar nggak bakal disalamin apalagi disiulin, paling cuma diliatin, terus mas masnya bisik-bisik “ati-ati, teroris”. Itu dulu ya, pas jilbab lebar belum se-fashionable sekarang.Sekarang, ukhti tuh semakin bertebaran dimuka bumi. Model jilbab lebar macem-macem, nggak Cuma warna item sama biru dongker polos aja. Bermacam-macam warna ada, kayak ungu terong, ungu violet, ungu lebam, kuning mustard, kuning kunyit, kuning hepatitis, ijo mint, ijo pupus, ijo ketupat, ijo telur asin, sampe ijo botol beer bintang. Motifnya pun macem-macem, kayak motif bunga-bunga, polkadot, segitiga (tanpa satu mata), dll. Kalau pengin tahu lebih banyak bisa tanya mbak-mbak online shop.

Tapi, dengan menjamurnya jilbab lebar atau jilbab syar’i ini, membuat saya bertanya-tanya. Apasih esensi jilbab yang sebenarnya? Dulu, saya pake jilbab karna kejebak. Saya sekolah di RA, MI, kemudian SMP umum, niatnya mau lepas jilbab biar rambut bisa di kepang-kepang, pake jepit warna warni, tapi kemudian bapak bersabda “nggak malu, dari MI kok sekolahnya nggak pake jilbab?” saya hanya merengut dan menjawab “oke, tapi besok SMA lepas jilbab ya”, dan kenyataannya, waktu saya SMA, jilbab sedang jadi tren senter fashion. Walaupun SMA umum, hampir sebagian besar siswi pake jilbab. Karena nggak mau jadi minoritas, akhirnya saya pertahankan jilbab paris kesayangan saya itu.

Walaupun saya pengguna setia jilbab (di sekolah), saya hanya sekedar tahu kalau pake jilbab itu fungsinya untuk menutup aurat, itu aja. Yang penting rambut ketutup udah. Setelah saya mendalami dunia perjilbaban, saya jadi tahu, ternyata fungsinya nggak hanya itu. Fungsi yang pertama adalah sebagai identitas bagi seorang muslim, untuk membedakan kita sebagai orang Isam, dengan penganut agama lain. Yang kedua, untuk melindungi kaum perempuan dari gangguan laki-laki nakal. Selain itu, ternyata pake jilbab ada aturannya, nggak cuma buat nutupin rambut aja.

Yang pertama, harus menutup dada, yang kedua, tidak boleh transparan, yang ketiga tidak boleh diberi wangi-wangian, dan yang keempat tidak boleh berlebihan atau Tabarruj. Say goodbay jilbab paris kesayangan, kau harus ku loakkan. Dulu, nyari jilbab lebar itu susah, mencoba memakainya juga butuh perjuangan. Modelnya itu-itu aja, kita yang pake sering dibilang nggak gaul, dandanan kayak orang tua. Sekarang enggak dong, di feeds instagram, di beranda facebook, di mall, di pasar, dimana-mana bisa kita  temuin asal nggak di toko bangunan aja nyarinya ya sist. Menurut saya ini kemajuan yang luar biasa. Kita nggak takut lagi sama jilbab lebar dan nggak merasa aneh lagi pake jilbab lebar.

Tapi yang disayangkan, masih ada aja yang komentar “duh ukhti, percuma jilbab lebar kalo warnanya manis gitu kayak gulali”, “ukhti, itu gamis apa taman bunga, meriah amat, apa nggak jatuhnya tabarruj tuh” “ukhti jilbabnya lebar biar cepet dapet jodoh ya.Saya yakin, perempuan yang memutuskan untuk memperlebar jilbabnya, pasti punya tujuan mulia. Salah satunya tujan untuk memperbaiki diri, mencoba lebih baik lagi. Lupakan tujuan-tujuan keduniaan yang sering kita sangkakan. Toh itu hal positif, apa salahnya? Dengan jilbab yang lebar secara tidak langsung kita akan terdorong untuk hanya melakukan hal positif, dan menjadi benteng jika ingin melakukan hal negatif. Semoga kita tidak hanya meng upgrade gamis dan jilbab kita, tetapi juga amal dan kebaikan kita ya ukhti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar